Terpaku Di Satu Titik

Sebelum gemintang memudar tersapu fajar

Kau adalah terang disetiap pekat malamku

Sendu suara yang terlampau kupuja

Kini berganti hening mencekam sukma


Ah, sial ... mengapa harus begini


Tertutup sudah bual manjaku dengan benang berlapis emas

Harap kau tetap tinggal dan tak lagi berkemas

Kumenekan segala ingin

Tersangkut kerongkongan pada leher dukaku

Dan kau masih sama, terpaku pada satu titik—diammu


Sial ...

Rupanya benar kata orang 

Mencintai adalah hal rumit yang kuciptakan sendiri

Biarpun naluri kerap tak salah

Namun tetap saja tubuh ini berontak membantah


Aku masih menunggu di sela kata yang tak sampai keluar

Disela nafas yang kerap tersengal

Disela hening tangis yang kuriliskan jadi tawa miris


Tapi

Tetap saja kau masih sama, terpaku pada satu titik—diammu


Wilwatikta, 12 Oktober 2025

Atap Langit Senja


Komentar

Postingan Populer