Terpaku Di Satu Titik
Sebelum gemintang memudar tersapu fajar
Kau adalah terang disetiap pekat malamku
Sendu suara yang terlampau kupuja
Kini berganti hening mencekam sukma
Ah, sial ... mengapa harus begini
Tertutup sudah bual manjaku dengan benang berlapis emas
Harap kau tetap tinggal dan tak lagi berkemas
Kumenekan segala ingin
Tersangkut kerongkongan pada leher dukaku
Dan kau masih sama, terpaku pada satu titik—diammu
Sial ...
Rupanya benar kata orang
Mencintai adalah hal rumit yang kuciptakan sendiri
Biarpun naluri kerap tak salah
Namun tetap saja tubuh ini berontak membantah
Aku masih menunggu di sela kata yang tak sampai keluar
Disela nafas yang kerap tersengal
Disela hening tangis yang kuriliskan jadi tawa miris
Tapi
Tetap saja kau masih sama, terpaku pada satu titik—diammu

Komentar
Posting Komentar