Sesak

 Sesak


Rekas kalimat mesramu itu, bual dusta tanpa guna.

Buih rapalan bohong, bersama sepiring omong kosong.

Kunikmati suapan siksa itu, perlahan hingga sekarat.

Rangkulan penuh paksa,

Membuat hangat tubuh yang penuh sayatan luka.

Terkoyak brutal dan hampir binasa.


Raga separuh utuh, jiwa setengah waras,

Pusara kau bangun megah.

Katamu segala kisah tentang kita telah sirna.

Tanpa kau tau, upayaku dalam bertahan sudah pada titik pedih.


Ranum luka itu adalah kegetiran tanpa usai.

Mengecam ceria, lahirkan sendu berkepanjangan.

Hari-hari tenang berganti pucat setiap detiknya.

Dalam teguhku namamu masih kulantunkan.

Walau dalam do'a tanpa suara suara.

Sebab rintihku adalah haru biru.

Sebab jeritku adalah tawamu.


Alunan melodi pilu bersenandung penghianatan.

Lagu dimainkan dengan nada nada dusta yang tersirat.

Meretas hati yang semakin tersayat.

Wajah bertopeng lugu berlagak dungu.

Nyatanya menyeringai kejam sang penipu.

Teater pengkhianatan memainkan lakon pendusta.

Tokoh tokoh lantunkan dialog dialog duka.

Menyajikan cerita duka dibalik dusta.


Namun namamu masih kugenggam, sedang ragamu lepas dari dekapan.

Kolam kolam harsa terkontaminasi siksa dari mata air duka.

Ikan ikan dungu menggelepar tiada berdaya.

Menyadari bahwa diri hampir binasa.


Nafas tersengal terasa sangat sesak.

Menyudahi kisah kita yang semakin beranjak.

Pada letupan duka yang semakin beranak pinak.

Aku masih menyimpan mu dalam benak.


Sudut Mojokerto, hari dan tanggal lupa

Pribumibaik dan ataplangitsenja

Komentar

  1. Nafas terasa sangat sesak, namun aku masih menyimpanmu dalam benak! Keren. Ayo terus berkarya.. -aksara

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer