Dermaga Saksi Bisu ( DSB Chapter 1)


Senja sudah semakin jingga. Aku masih mengarungi samudra yang luas dan kali ini berbeda,tak seperti biasanya yang sendiri dan hanya ditemani awak kapal dan beberapa penumpang. Kali ini aku bersama seorang wanita yang entah kenapa dia berada di sini di kabin ini, kabin dimana hanya aku dan awak kapal yang boleh masuk. Saat ku tanya "bagaimana kau bisa disini?"
"entahlah, aku juga tidak tau. Setahuku tadi aku hanya melihat-lihat tapi entahlah kenapa aku tidak sadar, pintunya tertutup sendiri dan sekarang tidak bisa dibuka." Tuturnya sambil kebingungan.
Aku tidak tau apakah ini kebetulan atau memang Tuhan telah menakdirkannya begitu. Kalau kuperhatikan wanita itu, sepertinya dia seseorang yang senang pergi sendirian dan menuruti kata hatinya.
"Hei tuan kapten, bagaimana ini? Bagaimana aku membuka pintu ini." Suaranya mengagetkanku yang sibuk menerka apa yang dia lakukan di kabin ini.
"Tolong, cepat bereskan masalah ini." Pintaku pada seorang awak kapal yang biasa ku panggil Satya.
"Siap kapten." Jawabannya sambil membukakan pintu kabin tersebut.
" Silahkan keluar nona." Katanya pada wanita itu
"Terimakasih." Jawab wanita itu singkat.
Kemudian kulihat dia keluar dari kabin ini. Mungkin dia akan menuju kursi penumpang atau keluar menikmati keindahan senja yang akan berganti dengan gelap. Kembali ku fokus pada tugasku hingga tak terasa pukul 20.00 . 15 menit lagi sampai di dermaga Tarakan.
"15 menit lagi kita sampai di dermaga. Sampaikan pada penumpang supaya memeriksa barang bawaan mereka." Perintahku pada Satya
"Siap kapten!" Patuhnya
Tak lama kemudian akhirnya sampai di dermaga, ku parkir kapal yang ku kendarai secara perlahan dan berhenti. Awak kapal pun mempersilahkan para penumpang untuk turun dengan hati-hati.
"Aku mau cari udara segar dulu, sembari menunggu jadwal berlayar lagi." Kataku pada awak kapal yang ada di dekatku. Kemudian aku turun dan berjalan- jalan di dermaga itu. Tak jauh dari tempat itu, kulihat ada sebuah kedai kopi. Aku pikir mungkin sedikit kopi inspirasi akan menyegarkan kepalaku. Ku hampiri kedai itu dan kulihat seorang wanita yang tidak asing wajahnya, duduk di meja paling tepi. Kakiku berhenti melangkah namun mataku tetap memperhatikannya.
"Sungguh cantik, tapi siapa dia? Seperti pernah aku melihatnya!" Gumamku sendirinya. Ku beranikan diri untuk menghampirinya. Kembali ku langkahkan kakiku menuju meja wanita itu.
Tok..tok..tok suara sepatu fantofelku beradu dengan lantai kedai kopi itu dan akhirnya berhenti tepat di depan wanita itu. Ku perhatikan wanita itu sama sekali tidak melihatku, yang berada tepat di depan mejanya. Dia masih sibuk dengan buku yang dibacanya.
"Permisi.." kataku memberanikan diri menyapanya. Dia sedikit mendongakkan kepalanya melihat ke arahku dan dia membetulkan posisi kacamatanya kemudian tersenyum.
"Maaf apa saya mengenal anda, Tuan?" Tanyanya santun
"Boleh saya duduk?" Tanyaku tanpa menghiraukan pertanyaan wanita itu.
"Sil.. Silahkan tuan." Jawab agak ragu sembari dia menutup buku bacaannya.
"Sudah pesan?mau saya pesankan sekalian?" Tanyaku agak canggung
"Sudah tuan, itu pesanan saya datang." Jawabannya sambil menunjuk seorang waiters yang berjalan ke arah kami sambil membawa segelas teh hangat dan sepiring mie pedas.
"Silahkan dinikmati" kata waiters tersebut pada wanita itu.
"Terimakasih" jawabnya dengan wajah sang sangat teduh.
"Mungkin mau tambah?" Tanya waiters itu lagi.
"Saya mau menu yang sama, seperti yang nona ini pesan. Mungkin nona mau tambah?" Sahutku sambil melihat wanita berhijab didepan ku. Dia hanya menggeleng kepalanya seraya keheranan. Sepertinya dia sedikit bingung dengan tingkah ku. Entahlah aku tidak tau.
Walau  berhadapan  namun kami tak berdialog. Makanan yang sedari tadi dihadapannya pun tak disentuhnya. Hingga akhirnya pesananku datang.
"Nona, silahkan dimakan keburu dingin." Kata waiters yang menghantar pesananku.
"Oh, iya." Jawabannya sedikit kikuk
"Mari nona!" Ajakku seraya memakan hidangan ku. Kuperhatikan dia mulai memakan hidangan di depannya. Dan mulai ku buka perbincangan
"Sepertinya, saya pernah melihatmu." Kataku padanya
"Entahlah, saya pun merasa seperti itu." Jawabannya sedikit malu
"Benarkah? Dimana?" Tanyaku ingin tau. Diapun sedikit terbiasa. Sebelum menjawab pertanyaan dia menengguk teh dihadapannya.
"Entahlah, mungkin karena kau mengenakan celana putih dan sepatu fantofel seperti iku bisa saja aku berfikir kau salah seorang awak kapal yang yang kunaiki tadi." Jawabnya seraya sedikit tertawa.
"Benarkah? Apa aku terlihat seperti awak kapal?" Tanyaku memancing.
"Mungkin begitu." Jawabannya singkat
" Sia...( Suara Hpku berdering ) maaf sebentar." Kataku terpotong saat ingin melanjutkan dialog.
"Kapten ada masalah di mesin kapal, sehingga pelayaran kita ditunda sampai semua beres" pesan dari Satya padaku
"Selalu begitu!" Kataku dalam hati.
"Ya sudahlah setidaknya aku bisa beristirahat, beberapa saat." Lanjutku dalam hati
"Maaf nona, tadi ada urusan kerja." Kataku pada wanita itu dan dia hanya tersenyum
"Apa nona sungguh  berfikir awak kapal?" Tanyaku lagi
" Mungkin, karena kebanyakan anak muda seusia anda dan saya gak mungkin kan nongkrong pakek fantofel. Kecuali anda pegawai bank." Jawabannya sedikit bercanda
"Haha nona lucu juga. Sedari tadi kita berbincang saya belum tau nama mu." Kataku padanya. Dia tersenyum kemudian menjawab
" Kau bisa memanggilku Putri."
"Putri Impian." gumamku lirih
"Maaf?" Sahutnya yang rupanya mendengar gumaman ku.
"Sepertinya kau ini orangnya rasa ingin taunya kuat ya, sehingga bisa sampai masuk bilik mengemudi kapal." Kataku sedikit memberi kode padanya
"Haha soal itu. Sebenarnya aku salah masuk ruangan." Jawabannya seraya memegang tengkuknya.
"Kau siapa kenapa bisa tau hal itu? Apa kau benar-benar awak kapal ?" Tanyanya. Kemudian aku tersenyum dan membuka jaketku seraya berkata "kau ingat siapa yang kau panggil Tuan Kapten?" Sambil tersenyum. Dia kaget kemudian langsung buru- buru kekasir dan pergi . Entah kenapa mungkin dia kaget atau malu . Ku kejar dia
"Putri??Putri tunggu!" Teriakku sambil mengejarnya . Hingga akhirnya tanganku memegang tangannya dan dia berhenti.
"Kenapa?" Tanyaku
"Maaf tuan, saya tadi lancang. Saya kira anda pegawai bank yang sengaja singgah istirahat." Jawabannya sambil menunduk
"Soal saya lancang masuk bilik tuan tadi saya minta maaf, saya tidak sengaja. Apa saya akan dihukum sehingga tuan mencari saya hingga kesini?." Tanyanya padaku dan semakin menundukkan kepalanya.
"Putri.. hey.. Putri" kataku sambil menegakkan kepalanya kemudian melanjutkan perkataanku. " iya aku seorang kapten, kapten Aldy.Lalu kenapa jika aku seorang kapiten? Kenapa? Aku kesini bukan untuk menghukummu." Jelasku padanya
"Lalu kenapa?" Tanyanya
"Aku hanya ingin mencari seorang teman, lebih tepatnya teman hidup." Jawabku kulirihkan. Dia kemudian diam sangat diam, lalu kulihat jam menunjukkan pukul 21.20
"Sudah malam, biar ku antar pulang." Kataku padanya. Dan lagi dia hanya diam, kutarik tangannya dan berjalan kearah selatan. Dia berhenti dan kemudian berkata "sebenarnya, rumah ku di sebelah sana" tangannya menunjuk ke arah Utara, jelas arah yang sangat berlawanan dengan arah yang kutuju tadi. Dan aku kemudian tertawa sambil membalikkan badanku dengan cara balik kanan dan berjalan tegap seolah-olah seorang tentara bersandingkan seorang Persit . Lalu tertawa secara bersamaan. Diperjalanan mengantarnya pulang disitu aku tau bahwa dia adalah pendatang dan hanya akan tinggal disini beberapa bulan saja karena tugasnya. Pertemuan ku dan dia mungkin memang baru senja tadi di kabin kapal. Tapi karena dialogku dan dialognya sangat nyambung. Aku merasa sangat nyaman di dekatnya.
Hingga tak terasa kami berada di depan rumah yang disewanya untuk beberapa bulan kedepan.
"Sudah malam tuan putri, silahkan beristirahat dan semoga mimpi indah." Kataku padanya , dia tertawa dan menjawab
"Baiklah kapten, terimakasih sudah mengantarku pulang, sekarang lanjutan tugasmu."
"Baiklah, sampai jumpa tuan putri nanti kuhubungi." Kataku padanya.
Senja keesokan harinya ketika aku selesai melihat mesin kapal aku lihat putri duduk di tepi dermaga. Lalu kuhampiri
"Sendiri?" Tanyaku sembari duduk di sisi lain pembatas.
"Iya." Jawabannya singkat
"Kapalku sudah beres. Mungkin besok pagi aku akan kembali berlayar." Kataku
"Baguslah, itu memang tugasmu bukan?" Jawabannya sambil menunduk.
"Waktu sangat singkat ya. Aku harap waktu bisa kuperlambat sehingga aku dapat berlama-lama dengan mu." Kataku padanya, dan dia hanya tersenyum tanpa menjawab.
"Aku akan sering menghubungimu dan sering-sering menjenguk mu put, jangan khawatir." Kataku berusaha meyakinkan diriku sendiri dan berharap dia pun begitu.
"Jika kau merindukanku pandanglah laut karena disitu ada aku yang selalu merindukanmu." Kataku lagi kemudian dia tersenyum dan menjawab.
"Dan aku akan disini setiap senja menantimu kapten."
"Nanti kalau kita hidup bersama. Aku harap kita akan lebih banyak waktu untuk berdua ." Kataku sambil tersenyum dan dia pun tertawa. keesokan harinya aku pun berangkat dihantarkan dengan senyuman indah putri. Setiap ada waktu senggang aku selalu memberinya kabar. Beberapa kali aku jenguk dia di Tarakan hingga akhirnya dia pulang ke Surabaya . 3 tahun kemudian aku datang kerumahnya dengan keluarga besarku untuk mempersuntingnya.

Baca juga
Dusta dan Luka (DSB Chapter 2)

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer