Maaf

      Setiap malam kumelihat gelandangan membersihkan depan toko itu yang sampahnya berserakan kemana - mana, dan pada akhirnya ia pun tertidur tanpa alas tanpa selimut tepat di depan pintu toko itu.
Keesokan harinya, kulihat ia masih meringkuk kedinginan sampai akhirnya pemilik toko itu datang.
"Kurang ajar, berani- beraninya kau tidur disini!" hardik sang pemilik toko sambil menendang keras gelandangan itu.
"Maaf pak, maaf" teriak gelandangan itu sambil lari tunggang langgang.

Siang harinya ia kembali ke toko dan memungut sampah- sampah yang berserakan, bahkan ia tak perduli saat hardikan, cacian dan hinaan sebagai upahnya.
Ketika itu aku tak sanggup lagi melihatnya.
Satu tong penuh sampah menyiram tubuhnya, kemudian mendongakkan kepalanya dan melihat kedua tangan pemilik toko itu yang munumpahkan sampah pada dirinya.
"brengs*k...! Gelandangan ini." hinaan pemilik toko sambil meludahi gelandangan tersebut.
Gelandangan itu hanya diam dan kembali memungut sampah di hadapannya.

Malam seperti biasanya ia tetap duduk didepan toko itu. Ia melihat anak jalanan ingin mengotori toko itu dengan cat , dengan sigap ia menghampirinya dan berteriak.
" jangan kau kotori tokonya, atau kupukul kau dengan sapu ini."
Anak jalanan itu kaget, melihat pakaian yang digunakan gelandangan itu compang- camping dan rambut berantakan serta tak mengenakan alas kaki. Anak jalanan itu mengiranya orang gila kemudian lari ketakutan.
Gelandangan tersebut tiba- tiba mengelus lembut perutnya dan kemudian duduk perlahan sembari memegang kedua kakinya yang dirapatkan di perutnya.
Aku melihat ia seperti menahan rasa sakit, mungkin ia tengah menahan lapar.
Nasi yang kusisihkan untuk adikku dirumah kuberikan padanya, aku berfikir nanti bisa kubelikan kembali didepan sana. Ia pun menatapku seraya berkaca- kaca.

Keesokan hari dia kembali mendapatkat tendangan yang mendarat di punggungnya kemudian perutnya. Tanpa menghiraukan rasa sakit ia lari tanpa membalas apa - apa.
aku semakin tak kuasa melihatnya.
Siang itu gelandangan tersebut kembali ke toko memungut dedaunan yang jatuh di halaman toko kemudian ia melihat uang seribu rupiah di bawah pohon mangga yang ada di depan toko. Ia memungutnya kemudian ia berniat mengembalikannya.
"Dasar pencuri!" hardik pemilik toko pada gelandangan tersebut sambil mendaratkan hantaman keras tepat di pelipisnya.
"Maafkan aku tuan, aku tidak mencuri. Aku hanya ingin mengembalikan ini tadi jatuh disana. maafkan aku tuan " mohon gelandangan itu
"Mana ada maling ngaku!" bentaknya sambil menendang nendang.
Gelandangan itu kemudian lari menjauh.

Malam harinya kembali ia ketoko, ibarat penjaga malam ia setiam malam menjaga toko dan membersihkanya. Meskipun ia tau bahwa perbuatannya tidak memberikannya upah melainkan cercaan dan hinaan.
Malam hari itu ia mengejar anak brandalan yang sengaja mengotori toko dengan air seni. Gelandangan itu marah dan sangat marah hingga akhirnya ia mampu mengusir brandalan jorok tersebut. Gelandangan membersihkan lantai teras toko yang penuh air seni dengan bajunya kemudian ia kelelahan dan tertidur.
Pagi hari sang pemilik toko membuka tokonya dan ia mencium bau busuk, tanpa fikir panjang ia langsung berfikir pelakunya adalah gelandangan itu.
"Kurang ajar, berani- beraninya kau masih disini!" kata kata itu keluar dari mulut sang pemilik toko yang sambil nguhujam gelandangan itu bertubi- tubi.
"Pergi kau aku tak ingin melihatmu, mati saja kau!" teriaknya sambil mengejar gelandangan yang kesakitan.

Keesokan paginya pemilik toko membuka pintu tokonya, ia tidak menemukan gelandangan tidur di depan tokonya.
Keesokannya lagi namun ia tak menemukannya lagi
Pagi keesokannya lagi ia tak melibatnya lagi
Tanpa ia sadari sang pemilik toko itu setiap pagi mencari gelandangan yang sepekan tidak ia temukan tidur di depan tokonya.
"Apa aku keterlaluan??" tanyanya pada dirinya sendiri
Ia menghembuskan nafas panjang dan melihat sudut- sudut toko.
"CCTV" katanya lirih ia kemudian bergegas melihat video yang terekam.

Yang telihat adalah penyiksaan dirinya terhadap gelandangan itu. Sang pemilik toko kemudian menangis sambil terus mengamati videonya. Terekam hari terakhir gelandangan itu terlihat di toko malam hari saat gelandangan tersebut tidur didepan toko, ia melihat pelihat perampok yang ingin membobol toko itu. Gelandangan dengan sigap melawan dan mencoba melindungi toko yang selama ini ia jaga. Sayangnya pisau tajam telah mendarat di tepan di ulu hatinya. Seorang warga yang tak sengaja melihat kejadian itu langsung memanggil warga mengurus jenasah gelandangan dan meringkus para prampok.

Ditoko sang pemilik masih melihat rekaman cctv yang menguras habis air matanya dan perasaan yang diliputi rasa bersalah
"Maafkan aku.. Maafkan aku.. Maafkan aku.." rintihnya di setiap isaknya
"Aku sangat kejam kepadamu, maafkan aku.. Aku tidak tau pengorbananmu.."
"maafkan aku..."
"maafkan aku..."
"Maafkan aku..."
"Kakak...maafkan aku..."



Selesai


Komentar

Postingan Populer