Puan Semeru
Suatu hari seorang tuan yang tengah berkelana menghampiri saya. dia bertanya, "permisi nona, apakah gunung semeru masih jauh?" mengerutkan alis dan menjawab dengan tak pasti. "maksud tuan? gunung semeru tengah sakit tuan, dan masih jauh dari sini. tuan mencari apa?" saya heran, tentu saja.
tuan itu tak lantas menjawab, dia tersenyum dibalik topi payung yang ia kenakan. khas sekali seperti tuan-tuan yang berkelana. "saya mencari ketenangan nona, saya mau mengabdikan diri untuk nusantara. saya mau membantu para insan disana, saya ingin kehidupan saya sedikit berguna."
"apa tuan bersungguh-sungguh? tapi itu berbahaya tuan, tuan berkata ingin mencari ketenangan? dengan membahayakan diri dan pergi menuju tempat yang suatu saat bisa saja membuat tuan hanya tinggal nama." diakhir saya sedikit kurang dalam berucap, jujur saja. tuan ini sudah gila atau kenapa?
"saya hanya ingin membantu nona, kalaupun saya harus mati disana. saya akan mati dengan bangga, karena saya sudah menjadi bagian dari semeru." tuan ini berkata selembut angin musim panas, terhenyak sesaat.
"semeru pasti bangga, dia memiliki seorang puan yang begitu mencintainya. mari tuan saya antar ke penghujung hutan, dari sana tuan tinggal mengikuti matahari terbenam. setelah itu tuan akan sampai ke semeru." saya mulai melangkah mendahului dan berakhir di ujung hutan, dalam hati begitu banyak yang terpikir.
"semeru, jangan keluarkan keluh kesahmu. biarkan mereka yang berbakti padamu untuk menyingkir dulu, tunggu semeru. teman-temanmu sudah memberi kejutan besar untuk kami, jangan kau tambah dengan semburanmu. terimakasih sudah menahannya selama ini."
-selasav
Komentar
Posting Komentar